Latar Belakang Wabah Mpox di Afrika
Mpox merupakan penyakit menular yang berasal dari hewan ke manusia.
Penyakit ini menyerang sistem kekebalan dan menimbulkan luka kulit.
Awalnya terbatas di Afrika Tengah, kini telah menyebar luas ke 22 negara.
WHO telah menetapkan mpox sebagai darurat kesehatan global sejak Agustus 2024.
Jumlah kasus melonjak drastis pada 2025 dengan lebih dari 21.000 infeksi.
Penyebab Penyebaran Wabah
Penyebaran mpox dipicu oleh kontak dekat antar manusia dan hewan.
Penyakit ini menyebar melalui cairan tubuh, luka, dan percikan udara.
Kondisi sanitasi yang buruk memperparah penyebaran di wilayah terdampak.
Konflik dan perpindahan penduduk juga menghambat pengendalian wabah.
Wilayah Terparah yang Terdampak
Republik Demokratik Kongo (DRC)
DRC menjadi episentrum wabah dengan kasus tertinggi lebih dari 24.000.
Konflik berkepanjangan mengganggu distribusi vaksin dan layanan kesehatan.
Warga di daerah hutan dan anak-anak rentan terkena infeksi.
Pengungsian akibat perang membuat pengendalian wabah semakin sulit.
Negara Lain yang Terkena Dampak
Sierra Leone mencatat kenaikan kasus hingga 41% minggu lalu.
Uganda mengalami lonjakan kasus di kota besar seperti Kampala dan Wakiso.
Negara-negara ini mengalami kesulitan distribusi vaksin dan layanan medis.
Tren kasus beragam; beberapa negara menurun, namun wabah masih aktif.
Dampak Pemotongan Dana Bantuan Kesehatan
Pengurangan Dana dari AS dan Eropa
Pemotongan dana dari USAID dan Uni Eropa melemahkan respons kesehatan.
Malawi dan Sierra Leone sangat terdampak oleh kekurangan dana.
Program penting seperti HIV, malaria, dan vaksinasi terganggu berat.
Fasilitas kesehatan kehilangan tenaga medis dan sumber daya penting.
Keterbatasan Vaksin dan Fasilitas Kesehatan
Africa CDC menyebutkan kebutuhan dana hingga US$220 juta.
Distribusi lebih dari 1 juta dosis vaksin masih jauh dari merata.
Negara dengan konflik kesulitan mendapatkan akses vaksin yang cukup.
Kamp pengungsi dan daerah terpencil menjadi tantangan utama layanan.
Varian Baru dan Tantangan Epidemi
Varian Mpox yang Lebih Menular
clade 1a dan 1b menunjukkan peningkatan penularan di DRC.
Mutasi genetik meningkatkan risiko penyebaran dan tingkat kesakitan.
Varian baru ini memicu kekhawatiran penyebaran lebih luas secara global.
Penelitian terus dilakukan untuk memahami efek mutasi ini.
Status Darurat dan Kesiapan Kesehatan
Africa CDC memperpanjang status darurat hingga awal 2025.
WHO dan lembaga terkait terus memantau dan memperbarui strategi.
Rencana tanggap darurat berfokus pada vaksinasi dan edukasi masyarakat.
Ketersediaan vaksin dan tenaga medis menjadi prioritas utama.
Dampak Sosial dan Kesehatan Publik
Konflik dan Pengungsi di DRC
Konflik militer membuat pasien dan tenaga kesehatan melarikan diri.
Infrastruktur kesehatan banyak rusak dan akses menjadi terbatas.
Pengungsi mengalami risiko penularan yang tinggi di tempat pengungsian.
Kondisi kemiskinan memperparah kesulitan mengendalikan wabah.
Tingkat Kematian dan Penyebaran Kasus
Lebih dari 200 kematian tercatat dan ribuan suspect masih dipantau.
Tingkat kematian mpox di Afrika mencapai 3 hingga 7 persen.
Kasus yang tidak terdeteksi dan terlambat tertangani meningkatkan risiko.
Data WHO mengingatkan perlunya peningkatan respons dan pengawasan.
Upaya Penanggulangan dan Dukungan Internasional
Respons WHO dan Africa CDC
WHO dan Africa CDC menyusun rencana respons komprehensif.
Fokus pada surveilans, vaksinasi, pengendalian infeksi, dan edukasi.
Penguatan laboratorium dan sistem pelaporan kasus menjadi penting.
Kerjasama lintas negara diperkuat untuk menghadapi wabah.
Produksi Vaksin dan Bantuan Kemanusiaan
Afrika CDC menjalin kerjasama produksi vaksin lokal dengan produsen global.
Distribusi vaksin dilakukan di DRC, Uganda, Rwanda, dan Liberia.
Bantuan donor dan lembaga kemanusiaan mulai mengalir meski belum cukup.
Pendanaan tambahan dari Bank Dunia dan donor lain terus diupayakan.
Kesimpulan: Tantangan Besar Penanggulangan Mpox di Afrika
Wabah mpox di Afrika merupakan krisis kesehatan yang mengancam jiwa banyak orang.
Pemotongan dana bantuan memperburuk kondisi sistem kesehatan yang sudah lemah.
Varian baru yang lebih menular menuntut respons cepat dan terkoordinasi.
Dukungan global serta penguatan kapasitas lokal menjadi kunci utama keberhasilan.
Tanpa tindakan cepat, wabah ini berpotensi menyebar ke wilayah lain secara luas.